Thursday, June 21, 2007

KALIAN ADALAH SEBURUK-BURUK HAMBA


Abdul Wahid bin Zaid berkata, "Ketika itu kami naik perahu, angin kencang berhembus menerpa perahu kami, sehingga kami terdampar di suatu pulau. Kami turun ke pulau itu dan mendapati seorang laki-laki sedang terdiam menyembah patung." Kami berkata kepadanya, 'Di antara kami, para penumpang perahu ini tidak ada yang melakukan seperti yang kamu per-buat.' Dia bertanya, 'Kalau demikian, apa yang kalian sembah?' Kami menjawab, 'Kami menyembahAllah.' Dia bertanya, 'Siapakah Allah?' Kami menjawab, 'Dzat yang memiliki istana di langit dan kekuasaan di muka bumi.'


Dia bertanya, 'Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?' Kami jawab, 'Dzat tersebut mengutus seorang rasul kepada kami dengan membawa mu’jizat yang jelas, maka rasul itulah yang menerangkan kepada kami mengenai hal itu.' Dia bertanya, 'Apa yang dilakukan rasul kalian?' Kami menjawab, 'Ketika beliau telah tuntas menyampaikan risalahNya, Allah a mencabut ruhnya, kini utusan itu telah meninggal.' Dia bertanya, 'Apakah dia tidak meninggalkan sesuatu tanda kepada kalian?' Kami menjawab, 'Dia meninggalkan Kitabullah untuk kami.' Dia berkata, 'Coba kalian perlihatkan kitab suci itu ke-padaku!' Kemudian kami memberikan mushaf kepadanya. Dia berkata, 'Alangkah bagusnya bacaan yang terdapat da-lam mushaf itu.' Lalu kami membacakan beberapa ayat untuknya.


Tiba-tiba ia menangis, dan berkata, 'Tidak pantas Dzat yang memiliki firman ini didurhakai.' Kemudian ia memeluk Islam dan menjadi seorang muslim yang baik.' Selanjutnya dia meminta kami agar diizinkan ikut serta dalam perahu. Kami pun menyetujuinya lalu kami mengajarkan beberapa surat al-Qur’an. Ketika malam tiba sementara kami semua berangkat tidur, tiba-tiba dia bertanya, 'Wahai kalian, apakah Dzat yang kalian beritahukan kepadaku itu juga tidur?' Kami menjawab, 'Dia Hidup terus, Maha Mengawasi dan tidak pernah ngantuk atau tidur.' Dia berkata, 'Ketahuilah, adalah termasuk akhlak yang tercela bilamana seorang hamba tidur nyenyak di hadapan tuannya.' Dia lalu melompat, berdiri untuk mengerjakan shalat. Demikianlah, kemudian ia qiyamullail sambil menangis hingga datang waktu Shubuh. Ketika sampai di suatu daerah, aku berkata kepada kawan-kawanku, 'Laki-laki ini orang asing, dia baru saja memeluk Islam, sangat pantas jika kita membantunya.'


Mereka pun bersedia mengumpulkan beberapa barang untuk diberikan kepadanya, lalu kami menyerahkan bantuan itu kepadanya. Seketika saja ia bertanya, 'Apakah ini?' Kami jawab, 'Sekedar infak, kami berikan kepadamu.' Dia berkata, 'Subhanallah. Kalian telah menunjukkan kepa-daku suatu jalan yang kalian sendiri belum mengerti. Selama ini aku hidup di suatu pulau yang dikelilingi lautan, aku menyem-bah dzat lain (bukan Allah q -pent), sekalipun demikian dia tidak pernah menyia-nyiakan aku… maka bagaimana mungkin dan apakah pantas Dzat yang aku sembah sekarang ini, Dzat Yang Maha Mencipta dan Dzat Maha Memberi rizki akan mene-lantarkan aku?' Setelah itu dia pergi meninggalkan kami. Beberapa hari kemudian, aku mendapat khabar bahwa ia dalam keadaan saka-ratul maut. Kami segera menemuinya, dan ia sedang dalam detik-detik kematian. Setiba di sana aku ucapkan salam kepa-danya, lalu bertanya, 'Apa yang kamu inginkan?' Dia menjawab, 'Keinginan dan harapanku telah tercapai pada saat kalian datang ke pulau itu sementara ketika itu aku tidak mengerti kepada siapa aku harus menyembah.'


Kemudian aku bersandar pada salah satu ujung kainnya untuk menenangkan hatinya, tiba-tiba saja aku tertidur. Dalam tidurku aku bermimpi melihat taman yang di atasnya terdapat kubah di sebuah kuburan seorang ahli ibadah. Di bawah kubah terdapat tempat tidur sedang di atasnya nampak seorang gadis sangat cantik. Gadis itu berkata, 'Demi Allah, segeralah mengu-rus jenazah ini, aku sangat rindu kepadanya.' Maka aku terba-ngun dan aku dapati orang tersebut telah mati. Lalu aku mandikan jenazah itu dan kafani. Pada malam harinya saat aku tidur, aku memimpikannya lagi. Aku lihat ia sangat berbahagia, didampingi seorang gadis di atas tempat tidur dibawah kubah sambil menyenandungkan firman Allah. "(Sambil mengucapkan), 'Salamun ‘alaikum bima shabartum.' Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."


(Ar-Ra’d: 24). (SUMBER: 99 KISAH ORANG-ORANG SHALIH seperti yang dinukil dari Al-Mawa’izh wal Majalis, 40. PENERBIT, DARUL HAQ, 021-4701616)

Wednesday, June 20, 2007

BINGKISAN DOA

Allah …
Seandainya telah engkau catatkan
Dia akan menjadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan di antara kami
Agar kemesraan itu abadiDan Ya Allah Ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ketepian yang sejahtera dan abadi

Tetapi Ya Allah …
Seandainya telah Engkau takdirkan
Dia bukan milik ku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkan ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada di sisiku
Dan peliharalah aku dari kekecewaan

Ya Allah Ya Tuhanku Yang Maha Mengerti…
Berikanlah Aku kekuatan
Melontarkan bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama seja nan merah
Agarku bisa berbahagia
Walaupun tanpa bersama dengannya

Dan Ya Allah Yang Tercinta
Gantilah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya

Ya Allah Ya Tuhanku…
Pasrahkanlah aku dengan Takdirmu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buat HambaMu ini
Ya Allah …
Cukuplah Engkau saja yang menjadi Pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang Dhaif ini
Jangan kau biarkan aku sendirian di dunia ini maupun di akhirat
Yang menjuruskan aku kearah maksiat dan kemungkaran
Maka
Karuniakanlah aku seorang
Pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan karuniakanlah padaku
Keturunan yang shaleh
Allahhumma Aminnnn…


KASIHANILAH AKU, JIWAKU !!!
Mengapa engkau menangis meratap
Wahai jiwaku …
Apakah karena kelemahanku ?
Mengapa engkau menjerit-jerit dan menyayat-nyayat?
Wahai air mataku…
Yang ku tahu hanyalah karna kesalahanku semata
Renungkanlah, wahai jiwaku
Betapa ku lewatkan hari-hariku dengan mendengarkanmu
Di sia-siakan dan di lemahkan lantaran cinta
Dulu hatiku berkuasa
Kini aku menjadi abdimu
Dulu kesabaranku laksana selimut hangat
Kini dia menyiksaku dalam kekelaman
Telah ku ingkari diriku
Dan meninggalkan kemuliaanku
Kasihanilah, duhai jiwaku
Diriku dan kebodohan di dalam kegelapan
Cahaya dan kegelapan mungkinkah bersatu?
Tubuh ini buah penderitaan dari kehidupan
Padahal hidup masih berjalan
Kini tiada yang tersisa padaku
Maka, adililah aku dengan keadilan
Atau, panggillah Sang Maut dan bebaskan diriku
Dari penjara hakikatmu
Inilah Kebencian, JiwaKu !
Kasihanilah Aku, JiwaKu!


PEREMPUAN
Sudah cukupkah buatmu semua puja puji yang terlontar
Puaskah engkau ketika mata mereka memandang penuh nafsu
Meresa berharga ketika tubuhmu tersingkap
Cinta siapa yang kau undang …?

Perempuan …
Padamu di titipkan surga
Layakkah anugerah itu kau raih denga fatamorgana dunia ?
Di baktimu ada seribu pahala
Akankah kau hapus dengan beratnya dosa …?

Perempuan …
Bukanlah barang pajangan
Di lirik, di bolak-balik dan do bongkar pasang
Juga bukan barang dagangan
Laku di jual tak laku di campakkan

Sadarlah, kau sangat mulia …
Kau akan tetap mulia …
Bila dirimu terjaga ..
TUHANKU …
Tuhanku …
Bukan ketidakhadiranMu
Tapi karena ketidakhadiran hati
Kesadaran berdiri di hadapan ILLAHI
Sungguh menggelikan & memilukan
Aku berdiri, rukuk & sujud kepada Tuhan
Tapi hanya persoalan dunia yang menggayuti fikiran

Ooo…
Kesibukkan telah menelan kesadaran
Sekedar menunaikan kewajiban
Wajar saja saat usai peribadatan
Tak ada kesan membekas dihati
Sebab memang sudah tak punya hati lagi
Hati telah di telan kesibukkan
Mimpi panjang duniawi tanpa tepi

Tuhanku…
Bukan ketidakhadiranMu
Tapi karena ketidakhadiran hati
Kesadaran berdiri di hadapan ILLAHI