Monday, July 23, 2007

Haruskah seorang muslimah menutup auratnya... ??


Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Banyak sekali dari umat Islam yang belum memahami kewajiban memakai jilbab untuk menutupi auratnya Kita tidak bisa menyalahkan mereka begitu saja, sebab itu mungkin keterbatasan pemahaman mereka terhadap ajaran agama, atau mungkin kondisi lingkungan dan pendidikan yang mempengaruhinya. Jalan yang terbaik adalah memberi mereka pengertian dan menyadarkan mereka bahwa memakai jilbab merupakan salah satu ajaran agama Islam. Tentu tidak harus dengan cara berkonfrontasi atau bertengkar mulut, apalagi bila yang menghalangi adalah orang tua, pasti mereka mempunyai alasan yang sifatnya duniawi. Jelaskanlah secara halus melalui dialog bahwa memakai jilbab semata demi menjalankan perintah agama.


Dan yang lebih penting lagi buktikan dengan berkonsisten memakai jilbab dan dengan sikap yang lebih baik dari sebelum memakai jilbab, insya Allah dengan cara begitu orang tua akan semakin sayang :love: Tidak usah takut merasa mendurhakai orang tua dengan memakai jilbab, yaitu dengan menyampaikan pengertian bahwa itulah prinsip yang Saudari yakini dan amalkan dari agama. Memakai jilbab tidak harus menunggu pinter ilmu agama atau nunggu diizinkan. Demikian juga memakai jilbab sama sekali tidak mengurangi peluang mencari kerja atau aktifitas lainnya. Rizqi dan karier kita tidak karena pakaian kita, tapi lebih karena kemampuan dan keuletan kita mengejar dan mencarinya.


Ini bisa dilihat di semua lapangan pekerjaan yang baik dan terhormat, pasti saudari akan melihat saudari-saudari kita yang cantik-cantik mengenakan jilbab bekerja di sana, mereka bangga dengan busana muslimah mereka. Pernyataan bahwa kalau mau jilbab harus bagus dulu agamanya lahir batin adalah pernyataan yang sesat dan keliru. Sebab kewajiban berjilbab itu otomatis sudah berjalan pada saat seorang wanita mendapat haidh pertamanya, yaitu sejak masuk kondisi akil baligh. Bila harus membaguskan dulu agamanya lahir dan batin, sampai kapankah batasannya? Padahal begitu memulai hari pertama usia balighnya, seorang wanita langsung mulai dicatat semua kesalahan dan dosanya. Dan karean menutup aurat itu hukumnya wajib secara mutlak, maka setiap hari dosa-dosanya terus menerus bertambah bila tidak menutup auratnya.


Anda bisa bayangkan berapa banyak dosa seorang wanita -katakanlah misalnya yang berusia 30 tahun- padahal dia sudah mulai usia 12 tahun mulai mendapatkan haidh pertamanya. Berarti selama 18 tahun secara terus menerus dia dicatat oleh malaikat sebagai pelaku dosa besar. Dan dosa besar itu dilakukannya setiap hari :no: Maka wajar bila dahulu Rasulullah SAW ketika diajak melihat ke neraka, beliau dapati isinya kebanyakan perempuan. Boleh jadi barangkali salah satu masalah utama penyebabnya adalah masalah tidak menutup auratnya. Padahal perintah menutup aurat bagi seorang wanita sudah sangat tegas, jelas dan tidak ada seorang pun yang menentangnya, kecuali orang munafik atau orang sesat.


Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: Katakanlah kepada wanita yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, ..." (Qs. An-Nuur: 31) Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Al-Ahzab: 59)


Memang seharusnya bila sudah menutup aurat, perilaku dan akhlak seorang wanita harus sesuai dengan ajaran Islam. Dan semua itu pasti membutuhkan proses yang wajar. Tapi janganlah proses itu dijadikan syarat untuk kewajiban menutup aurat. Jangan sampai ada orang yang beranggapan bahwa memakai jilbab itu tidak wajib kecuali bila akhlaknya sudah baik. Atau bila sudah baik agamanya lahir batin. Sebenarnya hal seperti ini adalah sebuah upaya untuk lari dari kewajiban. Sebab bila menggunakan logika demikian, nanti bakalannya semua kewajiban agama menjadi tidak perlu dikerjakan bila keagamaan seseorang belum baik lahir batin. Salah satu contohnya adalah ibadah shalat yang wajib.


Bukankah shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar? Lalu ada orang sesat akan berkata, kalau belum bisa meninggalkan perbuatan keji dan mungkar, sebaiknya tidak usah shalat agar shalatnya tidak sia-sia. Tentu pemikiran seperti ini hanya datang dari syetan yang terlalu pandai untuk membengkokkan logika berpikir manusia. Yang benar adalah justru kalau tidak shalat maka agamanya semakin tidak benar. Dan justru kalau tidak pakai jilbab maka agamanya akan semakin tidak jelas Sebaiknya kita jangan terlalu mudah termakan tipu daya setan yang kadang menjelma di dalam pembicaraan kita. segala sesuatunya, kalau belum pernah dicoba akan terasa berat sekali, apalagi dalam hal kebaikan, percaya deh... klo anti mau melakukannya (memakai jilbab), insya Allah banyak manfaatnya. Bahkan jilbab itu sendiri..memiliki pesona khas yang sangat istimewa dibandingketika anti tidak mengenakan jilbab.


Sekarang bandingkan deh.. dengan teman anti yang tidak berjilbab, pasti dalam hati kita.. akan merasa lebih sejuk berteman dengan teman yang berjilbab. Yang jelas..tidak akan pernah rugi, klo anti mau mengenakan jilbab. Jangan pernah ada keraguan dalam hati Buat saudariku yang ingin memegang teguh syariat Allah (Memakai Jilbab). jangan ragu lagi, teruskan niatmu tuk menunjukkan bahwa anti adalah wanita muslimah yang sholihah. Yakinlah! ketika kita dijalan yang benar pertolongan Allah akan selalu mengiringi setiap langkah kita Semoga kita bisa tetap istiqomah ya Wallahu a'lamu bish-showab.


Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Friday, July 20, 2007

Cahaya Putih Jilbab Matahari


Siang ini matahari menyengat lebih panas dari Hari-Hari sebelumnya. Entah kenapa. Padahal, perkiraan cuaca untuk Hari ini justru sama sekali tidak cerah.Apakah karena jilbab putih ini yang menyekat ruang-ruang udara di sekitar wilayah wajahku? Padahal, kata orang warna putih seharusnya tidak terlalu baik dalam menyerap panas.Siang ini panas matahari benar-benar menyusup ke dalam uluh hatiku.Panas, sangat panas! Lebih-lebih ketika seisi sekolah mendendangkan satu nama, Sulistiya Rahmawati.Ya, akhirnya gadis manis itu merebut juara pertama lomba olah vokal antar kelas.Muak! Aku benar-benar muak dengannya. Memangnya hanya Sulis yang bisa diagung-agungkan oleh seisi sekolah? Aku pun bisa! Asalkan jilbab putih ini tidak mengikat kepalaku, pasti namaku yang bersenandung, Nandiva Safitri.„Diva, lengan tanganmu kelihatan, tuh! Nggak enak dilihat sama temen-temen sekelas lainnya. Lebih-lebih laki-laki. Kan sayang auratmu,“ Tukas Sri, salah satu rekan sekelasku yang benar-benar militan terhadap apa-apa yang kukerjakan. Semuanya pasti dikomentari! Baju yang tidak terlalu ketat, rambut yang tak boleh segaris pun terlihat, cara berjalan yang harus seadanya, pandangan yang harus senantiasa terjaga….
Tidak Ada yang alpa dari pandangan gadis berjilbab „terpanjang“ satu sekolah itu.„Iya Sri, ini memang disengaja kok. Kalau lengan kemeja panjang ini sedikit dilipat ke atas aku ngerasa lebih bebas untuk menulis. Lagipula, gadis berjilbab bukan berarti ketinggalan mode dong?!“ belaku.Sri tersenyum dingin. Dari gayanya memicingkan sedikit Mata, aku tahu IA sedikit kurang suka dengan jawabanku. Daripada terus berdebat dengan Sri, langsung saja kuayunkan langkahku ke kantor guru. Niatku kali ini sudah cukup bulat. Aku harus mendaftarkan diri dalam lomba olah vokal antar Sekolah se-Jakarta Timur.
Aku pasti bisa! Meski dengan beban helaian bahan putih di kepalaku, kurasa itu bukan masalah. Toh, banyak juga artis-artis berjilbab yang masih saja ber“lenggok“ di depan layar kaca. Kalau mereka boleh, kenapa aku tidak?
*****
Sial! Meja Pak Teguh sudah dikerumuni banyak siswa. Tidak kukira. Ternyata lomba yang tinggal seminggu itu sangat banyak diminati. Makin banyak saja sainganku. “Ya Tuhan, walau bagaimanapun aku percaya pasti kau jadikan aku yang terbaik. Bukankah aku hambaMu yang taat?”Setelah 30 menit menunggu, akhirnya tibalah giliranku. Serentak kusebutkan namaku Dan asal kelasku. Aku benar-benar bersemangat. Namun, Ada yang ganjil di raut wajah Pak Teguh, entah kenapa? Aku merasa sangat terdiskriminasi, mentang-mentang wajahku berselimut jilbab putih? Tidak adil!Namun demikian, untungnya Pak Teguh tetap menyertakan namaku, walau sebelumnya, IA masih saja meyakinkanku, apakah aku benar-benar ingin ikut? Tentu saja kujawab tegas, „iya!“ Siapa sih yang belum kenal namaku? Diva, 2 tahun berturut-turut aku selalu menjadi juara olah vokal antar kelas? Pak Teguh pun selalu saja membanggakan namaku. Tentu IA sudah tahu benar bagaimana kemampuanku.Pandanganku kali ini teralih kepada Sulis. Gadis itu juga berjalan menuju meja Pak Teguh. Sial! Pasti gadis itu juga ingin turut ambil bagian. Dari samping pintu pelan-pelan kulihat pembicaraan Sulis dengan Pak Teguh. Pasti Pak Teguh meminta Sulis benar-benar serius Dan berlatih. Karena baru tahun ini sekolah kami ambil bagian di lomba bergengsi ini.
Dan aku percaya, Pak Teguh pasti lebih menjagokan Sulis. Selain cantik, IA juga memang berbakat. Sedangkan aku? Walaupun suaraku tidak kalah hebat dengan suaranya, tapi penampilanku pasti kalah menarik dengan Sulis. Ya! Lagi-lagi gara-gara jilbab putih yang senantiasa terikat di kepalaku.Ah, andai saja 6 bulan yang lalu pesona Muaz tidak membuat hatiku rapuh. Andai saja aku tahu, walau dengan jilbab putih ini aku masih belum bisa menarik perhatian ketua rohis itu.Tetap saja. Semua karena jilbab putihku!
*****
Pagi-pagi Sri Dan kawan-kawan lainnya sudah berkerumun di depan kelas. Entah Ada kejadian apa. Padahal belum Ada hasil ulangan yang akan keluar di minggu-minggu ini. Apakah Ada yang ulang tahun?Ternyata sebuah kejutan! Aku terperangah. Siapa kira, Ada yang berbeda dengan penampilan Sulis Hari ini. Ia berhijab! Aku tersentak. Ada mukjizat apa?Sri Dan kawan-kawan lainnya terus menyalami Dan memeluk Sulis. Senandung yang diucapkan pun sama persis seperti yang kudapatkan dulu, ketika aku memakai jilbab untuk pertama kalinya. „Selamat atas hidayah termahal yang telah kamu dapatkan. Semoga kau senantiasa istiqomah di jalanNya. Dengan berhijab berarti kamu sudah belajar menjunjung keanggunan Dan kehormatanmu sebagai seorang wanita. Pun, berati kau menjadikan dirimu intan yang benar-benar memancarkan keanggunan. Bukan, bukan kecantikan yang mudah dipamerkan ke semua orang sembarang, tapi justru kecantikan yang teramat Mahal, yang dijaga atas dasar keimanan Dan ketaatan. “Kata-kata itu tidak hanya lewat, namun pekat di jaring-jaring otakku. Tak kalah ambil bagian, langsung kuhampiri dia seraya kuucapkan, „Selamat ya Sulis. Kau terlihat lebih anggun dengan jilbab putih itu.
Dan aku sependapat denganmu, berjilbab bukan berarti tidak bisa berkreasi Dan berseni kan? Kau sudah siap untuk pertandingan besok kan?“„Tidak, Va. Aku tidak ikut pertandingan itu,“ tukas Sulis datar.Hatiku mendadak tersentak.“Kenapa?”“Sebenarnya, sejak beberapa waktu lalu aku sudah tidak minat aktif di lomba olah vokal di sekolah ini. Setengah hatiku merasa hilang. Benar-benar hilang. Seiring keluarnya kata-kata syahdu yang bergema di kedua bibirku. Sejalan gerak gemulai yang kutebarkan saat tampil. Jauh di lubuk hati, Kadang-kadang kurasa ada yang salah. Tak bisa kujawab itu apa,“„Lalu, mengapa waktu itu kau juga mendaftarkan diri kepada Pak Teguh?“ tanya heranku.„Aku sama sekali tidak mendaftarkan diri, Diva. Pak Teguh-lah yang justru tiba-tiba memanggilku.
Dia bertanya kenapa kali ini aku tidak ikut serta. Lalu kujelaskan semuanya kepada Beliau. Betapa malas aku ikut acara-acara seperti itu. Lagipula, suara wanita itu aurat kan, Va?” Aku tersenyum ringan. Ya Tuhan, entah hadiah apa yang telah kau berikan? Doaku di malam-malam seminggu ini terkabul. Sulis batal ikut pertandingan! Ya Tuhan, kusadari betapa sayang dan cintanya Kau kepada hambaMu ini. Jeling hatiku menari ceria. Semuanya berjalan sempurna. Kesempatanku untuk menang jauh lebih besar, bahkan tak lagi dapat dipungkiri.
*****
Pagi itu ada yang beda di raut wajah Sri. Ia tak lagi menyapaku. Entah kenapa. Padahal hari ini adalah hari perdanaku. Akan kukerahkan segala kemampuanku. Ah, Sri, biarlah… Semuanya hanya Tuhan yang tahu. Keputusanku untuk sementara melepas jilbab hari ini adalah keputusan yang sulit. Namun aku sudah bertitah, besok akan kukenalkan jilbab putih itu lagi. Hanya hari ini Tuhan! Pasti kau akan mengerti. Toh, hari esok masih akan ada. Dan tentunya, matahari masih akan bersinar.Rinai wajahku siang itu memancarkan sinar indah. Sebuah piala bertuliskan Juara Pertama: Lomba Olah Vokal antar SMU Se-Jakarta Timur terjinjing di tanganku. Teman-temang terus menyebut dan mengagung-agungkan namaku. Melodi di jiwaku benar-benar berirama. Tak kalah merdu juga pujian Pak Teguh yang terus bergeming di telingaku,„Diva kamu benar-benar hebat! Kamu masih sangat muda dan berbakat.
Selain memiliki suara emas, gayamu di panggung tadi benar-benar menakjubkan. Teruslah berlatih, satu saat nanti kamu akan menjadi orang yang terkenal. Bapak bangga terhadapmu.“Satu sekolah benar-benar melantunkan namaku. Aku benar-benar tersanjung.Ah, Tuhan, lagi-lagi Kau mengerti aku. Walaupun hari ini gerai rambutku tak lagi tertutup, namun kau masih saja memberiku kesempatan. NikmatMu tiada tara Tuhan!
*****
Siang itu matahari tidak terlalu menampakkan wajahnya. Udara benar-benar sangat sejuk. Sesejuk lantunan pujian-pujian yang terus menari-nari di hatiku.Teman-teman di satu Mikrolet pun masih memuji dan membanggakanku. Hari ini adalah hari yang indah!Siang itu matahari tidak terlalu bersinar, padahal impian dan cita-citaku kian cerah dan merona.Tiupan udara dari jalan Mikrolet yang cukup kencang membelai setiap helaian rambutku yang bergerak bebas siang itu.Lambaian angin melenakanku. Aku terlelap.Sinar terang sekejap membuka kegelapan yang membongkah di pekat kedua mataku.
Pandanganku langsung tertuju kepada wajah yang kukenal itu, Sri. „Sri, maafkan aku. Demi Allah! Aku menyesal. Tidak lagi-lagi akan terulang! Aku takut Sri, benar-benar takut…“ „Sesosok menyeramkan itu datang! Besar! Aku terus berteriak kencang...Ampunilah aku Allah! Ampuunn..Ampuun..Ampuunn..!Teriak sesalku tak pelak didengar. Sosok itu masih saja menggeretku.Badanku benar-benar terseret, ia terus menarikku. Tidak dengan tanganku Sri, Ia menyeret tubuhku dengan tarikan keras di rambutku.
Setiap utas rambutku berteriak kesakitan. Ubun-ubun kepalaku benar-benar panas, mendidihkan serat-serat kulit kepalaku. Pedih. Sakit yang tak pernah terasakan. Tak tahan akan semua itu …““Sri, aku akan berubah…! Tak sanggup kuulang lagi memori mimpi ini. Tidak! Kau mau memaafkan aku ,kan? Kau akan terus menjadi sahabat yang terus mengingatkan aku kan Sri?...“ pohonku seraya terus mendekati Sri.„Lihat Sri! Lihat! Kali ini wajahku telah terbalut dengan jilbab putih lagi.
Bahkan lebih panjang Sri! Aku ingin tubuhku benar-benar tertutup rapat!“Wajahnya terus memandangku. Belum sepatah kata pun yang keluar dari wajahnya. Hanya air mata di kedua pipinya yang kali ini mengalir deras. Ia terlihat membatin. Wajahnya yang pucat terus memandangku.Satu kalimat terakhir yang masih ia alunkan,Allaahummaghfirlaha warhamha wa´aafihi wa` fu anha…

Tuesday, July 3, 2007

12 Aturan Mendengarkan




1. Dengarkanlah gagasannya, bukan fakta, tanyalah diri sendiri apa yang mereka maksudkan ?
2. Nilailah isinya, bukan cara penyampaiannya, yaitu apa yang mereka katakan, bukan bagaimana mereka mengatakannya.
3. Dengarlah dengan penuh harapan, jangan langsung kehilangan minat.
4. Jangan cepat – cepat menarik kesimpulan.
5. Sesuaikan pencatatan Anda dengan pembicaraan, luweslah .
6. Pusatkan perhatian, jangan mulai bermimpi, dan jagalah agar mata Anda tetap tertuju kepada pembicara.
7. Jangan mendahului pikiran pembicara, Anda akan kehilangan jejak.
8. Betul – betul dengarkanlah, waspada dan bergairah.
9. Kendalikan emosi waktu mendengarkan.
10. Bukalah pikiran Anda, berlatihlah untuk menerima informasi baru.
11. Bernapaslah perlahan dan dalam – dalam.
12. Jangan tegang, santai sajalah.


Sumber referensi :
Geoff Nightingale dari SynerGenic

Thursday, June 21, 2007

KALIAN ADALAH SEBURUK-BURUK HAMBA


Abdul Wahid bin Zaid berkata, "Ketika itu kami naik perahu, angin kencang berhembus menerpa perahu kami, sehingga kami terdampar di suatu pulau. Kami turun ke pulau itu dan mendapati seorang laki-laki sedang terdiam menyembah patung." Kami berkata kepadanya, 'Di antara kami, para penumpang perahu ini tidak ada yang melakukan seperti yang kamu per-buat.' Dia bertanya, 'Kalau demikian, apa yang kalian sembah?' Kami menjawab, 'Kami menyembahAllah.' Dia bertanya, 'Siapakah Allah?' Kami menjawab, 'Dzat yang memiliki istana di langit dan kekuasaan di muka bumi.'


Dia bertanya, 'Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?' Kami jawab, 'Dzat tersebut mengutus seorang rasul kepada kami dengan membawa mu’jizat yang jelas, maka rasul itulah yang menerangkan kepada kami mengenai hal itu.' Dia bertanya, 'Apa yang dilakukan rasul kalian?' Kami menjawab, 'Ketika beliau telah tuntas menyampaikan risalahNya, Allah a mencabut ruhnya, kini utusan itu telah meninggal.' Dia bertanya, 'Apakah dia tidak meninggalkan sesuatu tanda kepada kalian?' Kami menjawab, 'Dia meninggalkan Kitabullah untuk kami.' Dia berkata, 'Coba kalian perlihatkan kitab suci itu ke-padaku!' Kemudian kami memberikan mushaf kepadanya. Dia berkata, 'Alangkah bagusnya bacaan yang terdapat da-lam mushaf itu.' Lalu kami membacakan beberapa ayat untuknya.


Tiba-tiba ia menangis, dan berkata, 'Tidak pantas Dzat yang memiliki firman ini didurhakai.' Kemudian ia memeluk Islam dan menjadi seorang muslim yang baik.' Selanjutnya dia meminta kami agar diizinkan ikut serta dalam perahu. Kami pun menyetujuinya lalu kami mengajarkan beberapa surat al-Qur’an. Ketika malam tiba sementara kami semua berangkat tidur, tiba-tiba dia bertanya, 'Wahai kalian, apakah Dzat yang kalian beritahukan kepadaku itu juga tidur?' Kami menjawab, 'Dia Hidup terus, Maha Mengawasi dan tidak pernah ngantuk atau tidur.' Dia berkata, 'Ketahuilah, adalah termasuk akhlak yang tercela bilamana seorang hamba tidur nyenyak di hadapan tuannya.' Dia lalu melompat, berdiri untuk mengerjakan shalat. Demikianlah, kemudian ia qiyamullail sambil menangis hingga datang waktu Shubuh. Ketika sampai di suatu daerah, aku berkata kepada kawan-kawanku, 'Laki-laki ini orang asing, dia baru saja memeluk Islam, sangat pantas jika kita membantunya.'


Mereka pun bersedia mengumpulkan beberapa barang untuk diberikan kepadanya, lalu kami menyerahkan bantuan itu kepadanya. Seketika saja ia bertanya, 'Apakah ini?' Kami jawab, 'Sekedar infak, kami berikan kepadamu.' Dia berkata, 'Subhanallah. Kalian telah menunjukkan kepa-daku suatu jalan yang kalian sendiri belum mengerti. Selama ini aku hidup di suatu pulau yang dikelilingi lautan, aku menyem-bah dzat lain (bukan Allah q -pent), sekalipun demikian dia tidak pernah menyia-nyiakan aku… maka bagaimana mungkin dan apakah pantas Dzat yang aku sembah sekarang ini, Dzat Yang Maha Mencipta dan Dzat Maha Memberi rizki akan mene-lantarkan aku?' Setelah itu dia pergi meninggalkan kami. Beberapa hari kemudian, aku mendapat khabar bahwa ia dalam keadaan saka-ratul maut. Kami segera menemuinya, dan ia sedang dalam detik-detik kematian. Setiba di sana aku ucapkan salam kepa-danya, lalu bertanya, 'Apa yang kamu inginkan?' Dia menjawab, 'Keinginan dan harapanku telah tercapai pada saat kalian datang ke pulau itu sementara ketika itu aku tidak mengerti kepada siapa aku harus menyembah.'


Kemudian aku bersandar pada salah satu ujung kainnya untuk menenangkan hatinya, tiba-tiba saja aku tertidur. Dalam tidurku aku bermimpi melihat taman yang di atasnya terdapat kubah di sebuah kuburan seorang ahli ibadah. Di bawah kubah terdapat tempat tidur sedang di atasnya nampak seorang gadis sangat cantik. Gadis itu berkata, 'Demi Allah, segeralah mengu-rus jenazah ini, aku sangat rindu kepadanya.' Maka aku terba-ngun dan aku dapati orang tersebut telah mati. Lalu aku mandikan jenazah itu dan kafani. Pada malam harinya saat aku tidur, aku memimpikannya lagi. Aku lihat ia sangat berbahagia, didampingi seorang gadis di atas tempat tidur dibawah kubah sambil menyenandungkan firman Allah. "(Sambil mengucapkan), 'Salamun ‘alaikum bima shabartum.' Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."


(Ar-Ra’d: 24). (SUMBER: 99 KISAH ORANG-ORANG SHALIH seperti yang dinukil dari Al-Mawa’izh wal Majalis, 40. PENERBIT, DARUL HAQ, 021-4701616)

Wednesday, June 20, 2007

BINGKISAN DOA

Allah …
Seandainya telah engkau catatkan
Dia akan menjadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan di antara kami
Agar kemesraan itu abadiDan Ya Allah Ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ketepian yang sejahtera dan abadi

Tetapi Ya Allah …
Seandainya telah Engkau takdirkan
Dia bukan milik ku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkan ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada di sisiku
Dan peliharalah aku dari kekecewaan

Ya Allah Ya Tuhanku Yang Maha Mengerti…
Berikanlah Aku kekuatan
Melontarkan bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama seja nan merah
Agarku bisa berbahagia
Walaupun tanpa bersama dengannya

Dan Ya Allah Yang Tercinta
Gantilah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya

Ya Allah Ya Tuhanku…
Pasrahkanlah aku dengan Takdirmu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buat HambaMu ini
Ya Allah …
Cukuplah Engkau saja yang menjadi Pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang Dhaif ini
Jangan kau biarkan aku sendirian di dunia ini maupun di akhirat
Yang menjuruskan aku kearah maksiat dan kemungkaran
Maka
Karuniakanlah aku seorang
Pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan karuniakanlah padaku
Keturunan yang shaleh
Allahhumma Aminnnn…


KASIHANILAH AKU, JIWAKU !!!
Mengapa engkau menangis meratap
Wahai jiwaku …
Apakah karena kelemahanku ?
Mengapa engkau menjerit-jerit dan menyayat-nyayat?
Wahai air mataku…
Yang ku tahu hanyalah karna kesalahanku semata
Renungkanlah, wahai jiwaku
Betapa ku lewatkan hari-hariku dengan mendengarkanmu
Di sia-siakan dan di lemahkan lantaran cinta
Dulu hatiku berkuasa
Kini aku menjadi abdimu
Dulu kesabaranku laksana selimut hangat
Kini dia menyiksaku dalam kekelaman
Telah ku ingkari diriku
Dan meninggalkan kemuliaanku
Kasihanilah, duhai jiwaku
Diriku dan kebodohan di dalam kegelapan
Cahaya dan kegelapan mungkinkah bersatu?
Tubuh ini buah penderitaan dari kehidupan
Padahal hidup masih berjalan
Kini tiada yang tersisa padaku
Maka, adililah aku dengan keadilan
Atau, panggillah Sang Maut dan bebaskan diriku
Dari penjara hakikatmu
Inilah Kebencian, JiwaKu !
Kasihanilah Aku, JiwaKu!


PEREMPUAN
Sudah cukupkah buatmu semua puja puji yang terlontar
Puaskah engkau ketika mata mereka memandang penuh nafsu
Meresa berharga ketika tubuhmu tersingkap
Cinta siapa yang kau undang …?

Perempuan …
Padamu di titipkan surga
Layakkah anugerah itu kau raih denga fatamorgana dunia ?
Di baktimu ada seribu pahala
Akankah kau hapus dengan beratnya dosa …?

Perempuan …
Bukanlah barang pajangan
Di lirik, di bolak-balik dan do bongkar pasang
Juga bukan barang dagangan
Laku di jual tak laku di campakkan

Sadarlah, kau sangat mulia …
Kau akan tetap mulia …
Bila dirimu terjaga ..
TUHANKU …
Tuhanku …
Bukan ketidakhadiranMu
Tapi karena ketidakhadiran hati
Kesadaran berdiri di hadapan ILLAHI
Sungguh menggelikan & memilukan
Aku berdiri, rukuk & sujud kepada Tuhan
Tapi hanya persoalan dunia yang menggayuti fikiran

Ooo…
Kesibukkan telah menelan kesadaran
Sekedar menunaikan kewajiban
Wajar saja saat usai peribadatan
Tak ada kesan membekas dihati
Sebab memang sudah tak punya hati lagi
Hati telah di telan kesibukkan
Mimpi panjang duniawi tanpa tepi

Tuhanku…
Bukan ketidakhadiranMu
Tapi karena ketidakhadiran hati
Kesadaran berdiri di hadapan ILLAHI